Senin, 20 Mei 2013

IBUKU YANG KEDUA

“Azim, kamu ngapain di situ nak ?”

Seketika Azim tersentak dari lamunan nya, suara panggilan yang terdengar lembut seolah tidak asing  baginya. Duduk di tepi sungai ketika senja memang indah, tidak heran anak itu selalu suka bermain di sana. Dia menoleh ke arah dari mana suara itu berasal, dikejauhan dia memandang sosok seorang wanita yang ternyata sedang memperhatikan dirinya.

Ibu Ririn, dialah guru SD yang selama ini selalu memberikan perhatian penuh kepada murid itu. Layak nya seperti kasih seorang ibu, kata-kata nya selalu dapat menghangatkan batin Azim yang membeku karena kesepian sosok seorang ibu kandung. Azim tinggal bersama nenek nya, ibunya telah lama pergi merantau ke negeri seberang, sedangkan ayah nya telah lama meninggal karna kecelakaan saat sedang berkerja. Ya, berkerja sebagai buruh bangunan memang beresiko tinggi. Namun apa boleh buat, demi menafkahi keluarga nya dia rela berkerja apapun asalkan itu halal.

“ nak, apa yang kau lakukan disini sendirian ?”
“tidak ada apa-apa kok Bu..” Azim tersenyum kecil, namun dari raut wajah nya ibu Ririn sadar bahwa anak ini sedang menyembunyikan sesuatu dari nya. Sesuatu yang telah lama dipendam, namun entah harus kepada siapa dia harus berbicara.
“bener kamu tidak apa-apa ? ibu Ririn mencoba mencari tahu apa yang sedang  terjadi. Tetapi Azim terus menjawab dengan kata-kata yang sama, jelas ada yang tidak beres dengannya.

Sempat beberapa lama suasana terhening, hanya terdengar suara burung-burung yang berkicau di pepohonan, dan arus air yang menerpa bebatuan di sungai.

“bu, kenapa teman-teman Azim setiap pergi sekolah pasti selalu di temani ibu nya, sedangkan Azim ?” tiba-tiba Azim mengutarakan isi pikiran nya saat itu. Ibu Ririn paham apa yang anak itu rasakan, kekecewaan dan kerinduan nya kepada sosok seorang ibu memang sangat jelas tergambar di wajah anak malang itu.
“Azim, ibu paham apa yang sedang kamu rasakan… tapi kamu kan tahu ibu mu sedang mencari nafkah…”
“tapi, kenapa harus meninggal kan Azim bu ?? apa ibu Azim ga sayang sama Azim?” ,seketika mata nya meneteskan air mata.
“Azim, kamu jangan berpikiran seperti itu, ibu juga tidak tahu pasti kenapa ibu Azim melakukan semua ini, tetapi ibu yakin semua itu pasti ada alasannya” ucap ibu Ririn dengan lembut untuk meyakinkan anak itu. “nak..kalo kamu mau, kamu juga bisa menganggap aku sebagai ibu kamu”
 
Untuk pertama kali nya Azim merasakan pelukan sosok seorang  ibu, dia lupa kapan terakhir nya dia di peluk oleh ibu kandung nya sendiri. Ibu nya pergi saat Azim masih bayi, jadi untuk memanggil ibunya dengan sebutan mama belum sempat ia lakukan. 
 
 *** 
 
Seusai pulang sekolah, Ibu Ririn mencoba untuk mengunjungi tempat tinggal Azim yang tidak terlalu jauh dari sekolah nya.
 
“ Selamat siang ?” Ibu Ririn mencoba untuk memanggil pemilik rumah.
“iya siapa ya ? tanya Azim penasaran
“ini ibu , zim..”, sahutnya
“ohh ibu Ririn, silahkan masuk bu…“ Azim mempersilahkan nya masuk

Ibu Ririn sekilas mengamati suasana rumah Azim yang sederhana, walaupun berkekurangan tetapi Azim dapat menjalani hari-hari nya dengan baik. Nenek nya menyambut hangat atas kedatangan ibu Ririn.

“Silahkan duduk bu, maaf suasana nya tidak nyaman” ucap Azim dengan suara rendah
“ohh ,tidak apa-apa Azim. Jadi gini, sehubungan Azim adalah anak berprestasi di sekolah, maksud kedatangan ibu kesini, ibu ingin menyampaikan bahwa Azim terpilih sebagai wakil untuk mengikuti lomba Sains antar sekolah se-provinsi”
“tapi bu, Azim ga yakin bisa melakukan nya”
“sudah kamu tenang aja, nanti untuk persiapan nya, pihak sekolah akan memberikan kamu  les tambahan, agar kamu lebih matang untuk  menghadapi lomba nya nanti”
“gimana ya, ?? Azim mencoba mempertimbangkan tawaran itu, jelas inilah kesempatan terbaik bagi Azim. “yaudah deh bu, Azim mau”
“gitu dong, ntar pihak sekolah akan memberikan informasi lebih lanjut, biar semua nya ibu uruskan ya buat kamu, kalau begitu ibu mau pamit dulu, yuk Nek, Azim…”
“iya , hati-hati di jalan ya bu…” ucap Azim smbil melambaikan tangannya kearah ibu Ririn yang mulai berjalan menjauh dari rumah nya.

***

Setelah beberapa bulan Azim mendapatkan les tambahan dan berbagai macam bimbingan., akhirnya tiba lah waktu itu. Semua nya telah ia persiap kan dengan baik, mulai dari materi bahkan mental nya telah ia persiap kan dengan sebaik mungkin. Hingga pada  akhirnya hari di mana perlombaan itu diadakan pun datang.

Ketika selang beberapa hari setelah lomba, tibalah waktu bagi peserta untuk mengetahui siapa yang akan lolos menjadi pemenang nya. Ketika pembacaan nama pemenang berlansung, tidak ada nama Azim yang tersebut oleh pembaca pemenang, ini berarti Azim tidak lolos sebagai pemenang dalam lomba olimpiade Sains itu. Walaupun ini sangat mengecewakan, tetapi wajah Azim tampak penuh dengan rasa puas atas apa yang telah ia lakukan selama ini.

“Azim, walaupun kamu bukan pemenang nya , tapi ibu bangga sama kamu” ucap ibu Ririn berusaha untuk menenangkan hati Azim
“gapapa kok bu, bisa ikut lomba ini aja aku sudah seneng banget..”

Memang tidak lah mudah bagi siapa saja untuk mengatasi rasa kekalahan, tetapi Azim dapat menunjukkan nya. Tidak soal hasilnya menang atau kalah, yang terpenting bagaimana proses itu berjalan. Ini jelas memberikan pengalaman baru bagi Azim.

“buu… makasih ya selama ini ibu selalu nemenin Azim, kalau ngga ada ibu ga tau apakah Azim bisa melewati semua ini” ucapan Azim meyakinkan ibu Ririn kalau dia sedang tidak apa-apa.
“Azim, kamu memang anak yang baik” sambil ibu Ririn memeluk Azim
“makasih atas semua nya ma…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar